Kamis, 26 Mei 2011

Fenomena Laut Terbelah di Korea

hola~ hola~ ngepost lagi deh ane.. hahaha iya nih DEMI menunaikan tugas Osenografiku tercinta.. yang berbunyi sebagai berikut:
TUGAS 1
OSEANOGRAFI
DIKUMPUL Kamis 26 Mei 2011

BUAT ARTIKEL + 1000 KATA DENGAN TEMA OSEANOGRAFI SEPERTI SIRKULASI AIR DAN/ATAU UDARA, GLOBAL WARMING, BADAI, DLL

Catatan :
Bila dimuat dalam media cetak, maka utk tugas ini nilai 100.
Batas waktu point 1 sebelum batas perubahan nilai.

The Key Factors:
Pilih Thema yang menarik dengan judul Bombastis; kontemporer, relevan dll.
Tulis secara Profesional: Ilmiah dan bertanggung jawab
Methodologis : Pendahuluan, isi, penutup.


ane post aja dimari sapa tau ada yang baca ye terus cetakin ke tabloid apa kek. Cekibrut!!!




Tentunya kita masih ingat tentang kisah Nabi Musa yang memiliki mukjizat tongkatnya mampu membelah Laut Merah dan  membawa pengikutnya yang taat kepada Allah melarikan diri dari kekejaman Firaun yang memerintah Mesir.

Kejadian seperti itu hampir mirip dengan kejadian yang terjadi di Korea Selatan setiap 2 tahunnya, akan tetapi ini sedikit berbeda dengan apa yang terjadi di Korea Selatan karena perkataan terbelah dan membelah sendiri memiliki makna yang berbeda. Kejadian laut terbelah di Korea Selatan disebabkan karena faktor alami sedangkan upaya Nabi Musa membelah Laut Merah pada tanggal 10 Muharam dengan tongkatnya karena disebabkan mukjizat yang dikuruniakan Allah SWT. Yang pasti, kedua kejadian hampir mirip itu terjadi atas kehendak Allah SWT. Berikut penjelasan mengenai laut terbelah di Korea Selatan:


Tepatnya di Pulau Jindo terletak di sebelah barat Semenanjung Korea, wilayah Jeollanam-do di kawasan baratdaya Korea Selatan. Pulau ini merupakan yang terbesar ketiga di negara ginseng tersebut dan terletak berdekatan dengan pulau Jejudo dan Geojodo.
Setiap 2 tahunnya, terjadi fenomena alam yang sangat menarik di Pulau Jindo. Dinas Pariwisata setempat menyebutnya sebagai  Miracle . Laut yang dipenuhi air laut tiba-tiba surut atau mengering. Surutnya air laut ini membuat jalan hampir sepanjang tiga kilometer dan lebar sekitar 10-40 meter. Fenomena alam ini terjadi kurang lebih sekitar satu jam.
Surutnya air laut ini menghasilkan daratan yang menghubungan Pulau Jindo dan Pulau Modo yang sebelumnya tertutup oleh air. Selama air laut surut, orang bisa berjalan kaki dari Pulau Jindo ke Pulau Modo. Tetapi, tentu saja, harus diperhitungan dengan cermat mengingat surutnya air laut ini hanya 60 menit. Setelah itu, tanah/pasir laut akan kembali ditutupi oleh air laut.
Kejadian ajaib ini hanya terjadi dua kali dalam setahun. Peristiwa ini biasanya terjadi pada jam 5 atau 6 sore waktu setempat Proses ini menghasilkan jalur bagi dua daratan terpisah yang sebelumnya tenggelam di bawah air. Dinas Pariwisata setempat memanfaatkan fenomena alam ini dengan menggelar pesta besar-besaran yang dikenal sebagai “Jindo Yeongdeung Festival” atau Pesta Laut Terbelah Jindo. Pesta Laut Terbelah Jindo ini selalu diselenggarakan tiga kali setahun yaitu pada Maret atau Mei serta Juli. Bagaimanapun, sambutan wisatawan lokal dan mancanegara sungguh luarbiasa sehingga menyebabkan pihak pemerintah memutuskan untuk turut merayakan pesta laut terbelah di Pulau Jindo tersebut pada bulan April. Sambutan wisatawan lokal dan mancanegara jumlahnya bahkan bisa mencapai 400.000 orang. Even ini tentu bisa menghasilkan devisa karena para turis harus mengeluarkan uang untuk bisa menikmati Moses’ Miracle.

Perayaan itu juga membolehkan wisatawan menikmati berbagai kegiatan mendulang pengalaman di laut dan menyaksikan pemandangan unik serta budaya masyarakat pulau Jindo. Pesta itu diselingi dengan tembang tradisional masyarakat Jindo dan pagelaran sendra tari khas Korea, Ganggangsullae, turut dipersembahkan. Semua dipersembahkan kepada wisatawan sepanjang berlangsungnya perayaan termasuk pertunjukan kembang api, psinar laser, persembahan musik tradisional serta permainan khas Korea lainnya.

Untuk memperoleh pemandangan paling menarik laut terbelah dan membentuk jalur jalan yang bisa dilewati, masyarakat dan wisatawan dapat menikmati bahkan berjalan-jalan sendiri di jalur jalan yang tercipta dari penyurutan air laut itu. Siapa saja bisa menyaksikan detik-detik keajaiban laut terbelah dan tidak heran pula jika pada saat itu banyak orang berlomba-loma melintasi jalur daratan tersebut dan merayakannya bersama teman dari arah berseberangan daratan kepulauan Jindo dan Modo. Tidak kurang pula banyak yang mengambil kesempatan mencari dan mengutip hasil lautan lainnya.

"Ini adalah keajaiban yang tidak mungkin dapat disaksikan di tempat lain. Dalam sekejap mata, laut terbelah dan memperlihatkan dasar lautnya. Tak ada ucapan yang dapat menggambarkan besarnya ketakjuban menyaksikan kehidupan laut seperti kerang, kepah dan biota laut yang sebelum ini hidup di dasarnya, tiba-tiba timbul," kata wisatawan lokal, Cho Eun-Jun yang dikutip media setempat belum lama ini.

Sebenarnya, tidak banyak yang mengetahui mengenai kejadian fenomena itu hingga pada 1975, ketika seorang duta Prancis saat itu, Pierre Randi, mengunjungi Korea Selatan dan menulis mengenai peristiwa ajaib ini dalam sebuah koran negaranya. Akan tetapi, seperti peristiwa aneh lainnya, ada kisah atau mitos rakyat setempat di balik fenomena itu. Ini dikaitkan dengan sebuah desa di pulau Jindo yang diserang harimau yang menyebabkan penduduk melarikan diri ke pulau Modo untuk berlindung.
Celakanya, seorang nenek tua, Pong, yang tidak berdaya tertinggal. Dalam kondisi serba terdesak dia meminta pertolongan Dewa Laut, yang kemudian memisahkan laut dan membantu wanita renta malang itu lari meloloskan diri dari hewan buas tersebut. Ketika laut terbelah, banyak penduduk berlari menuju Modo, memainkan gendang dalam upaya mereka mencari sang nenek tua yang akhirnya meninggal dunia. Tapi sebelum mati, wanita ini sempat membisikkan:
"Doaku dikabulkan. Jalan laut terbuka dan aku dapat melihat kalian semua. Kini, asaku sudah terlaksana.Aku bisa meninggal dengan tenang."
Nama asal daerah itu, Hodong, kemudian ditukar menjadi Hoedong, bermakna ‘Kampung Orang yang Kembali’, untuk mengingati kisah nenek Pong.

Hal tersebut merupakan cerita rakyat dari daerah tersebut, jika kaitkan dalam ilmu oseanografi, tentunya fenomena alam yang langka tersebut merupakan fenomena pasang surut air laut yaitu peristiwa naik dan turunnya suatu massa. Definisi pasang surut adalah peristiwa naik turunnya air laut disebabkan oleh pergerakan permukaan air laut secara vertikal disertai gerakan horisontal massa air akibat pengaruh gaya tarik benda-benda angkasa, dan gejala ini mudah dilihat secara visual.
Berdasarkan pada definisi pasang surut, di mana merupakan peristiwa naik-turunnya permukaan air laut karena pengaruh gaya tarik benda-benda di cakrawala, maka apabila dipasang alat tolok ukur pasang surut secara merata di dunia, dan dilakukan pengukuran setiap interval satu jam, kemudian hasil pengukuran ini digambarkan menjadi grafik, maka diperoleh gelombang harmonik.
Hal ini menjelaskan adanya kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan pergerakan bulan di langit. Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, atau disebut pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). Di tempat lain juga terjadi fenomena lain yaitu, satu kali air pasang dan satu kali air surut, dan keadaan ini disebut pasang surut harian tunggal (diurnal tide).
Jika dilakukan pengukuran pasang surut selama satu bulan dan coba dihubungkan dengan pergerakan bulan, maka akan diperoleh range (jangkauan) terbesar. Jangkauan tersebut merupakan nilai dari beda air tertinggi dan air terendah yang terjadi ketika bulan purnama penuh, ini disebut pasang surut perbani (spring tide), sedangkan jangkauan terkecil disebut pasang surut anak (neap tide).
kejadian fenomenal pasang surut ini terjadi di korea selatan di sekitar Pulau Jindo

gimana pembaca ?? ada yang minat nampung tulisan ane ?? ntar hubungi eyke yaa.. *ngarep*
wassalam.

0 komen-komen:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...